MAJAPAHIT. Berbicara tentang kerajaan Majapahit dengan segala kebesarannya, tentu tak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang letak Istana kerajaan Majapahit dan bagaimana bentuk istana kerajaan tersebut. Hal tersebut lumrah adanya, karena merupakan suatu hal yang mustahil bilamana sebuah kerajaan sebesar Majapahit tidak memiliki sebuah istana kerajaan tempat kediaman raja-raja nya.
Sedikit sekali referensi sejarah yang membahas tentang hal ikhwal istana kerajaan Majapahit ini. Tidak satupun prasasti yang berasal dari jaman Majapahit pernah membahas atau menjelaskan tentang istana kerajaan Majapahit ini. Para arkeolog maupun para ahli sejarah juga belum dapat menemukan lokasi yang tepat maupun membahas bentuk atau model bangunan istana kerajaan Majapahit ini secara lebih mendalam. Bahkan ada kesan bahwa jejak istana kerajaan Majapahit ini sulit untuk diketemukan.
Lokasi di sekitar Candi Kedaton.
Arkeolog dan sejarawan meyakini letak pusat kerajaan Majapahit berada di daerah Trowulan dan sekitarnya. Sebab, di daerah ini banyak ditemukan artefak, prasasti, dan berbagai konstruksi bangunan, seperti candi-candi, makam, maupun gapura. Pemerintah telah pula menetapkan desa Trowulan sebagai situs cagar budaya kerajaan Majapahit. Meski lokasi pasti bangunan Keraton (istana kerajaan) Majapahit di Trowulan masih belum bisa dipastikan keberadaannya.
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya 'Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit' menggambarkan keindahan keraton Majapahit. Ia menuliskan, keraton Majapahit menghadap ke arah barat. Di muka benteng terdapat lapangan sangat luas dikelilingi parit berisi air.
Digambarkan pula beberapa bangunan kenegaraan, seperti balai agung tempat pertemuan dan balai manguntur atau pendapa agung tempat para pembantu utama menghadap Sang Prabu. Di tengah Balai Agung Manguntur dilukiskan ada sebuah rumah kecil dengan takhta tempat duduk raja, itulah yang disebut dengan Balai Witana.
Keberadaan keraton Majapahit diduga terletak di Desa Kedaton dan Desa Sentonorejo. Di Desa Kedaton, mengingat kata dalam bahasa Jawa kedaton juga berarti istana. Sekitar 200 meter ke barat dari kompleks candi Kedaton ditemukan umpak-umpak berukuran besar sebanyak dua puluh buah yang tersusun memanjang sejajar. Selain itu juga pernah ditemukan pasak batu.
“Pasak batu itu diduga tempat tambatan gajah kendaraan Sang Prabu. Menurut cerita lesan warga Trowulan, di daerah tersebut juga dipercayai tempat berkumpulnya para leluhur pada zaman Kerajaan Majapahit. Di lokasi itu sekarang telah dibangun Pendopo Agung oleh Komando Daerah Militer (Kodam) VIII Brawijaya,” ujar Dimas Cokro Pamungkas, budayawan Trowulan.
Temuan lain yang juga menguatkan adalah adanya situs Candi Kedaton. Candi tersebut terletak di wilayah administrasi Dukuh Kedaton. Ada beberapa bangunan di sana. Bangunan pertama berada di timur laut (depan pintu masuk) yang merupakan bagian kaki sebuah bangunan atau candi tepatnya.
Di depan bangunan tersebut ada pula sebuah sumur kuno yang dikenal dengan Sumur Upas. Tidak ada yang berani membuka tutup sumur tersebut lantaran diduga mengeluarkan gas racun (upas).
Dilihat dari temuan bentuk struktur, diperkirakan candi Kedaton ini merupakan kompleks bangunan atau tempat tinggal. Artefak yang pernah ditemukan di sana antara lain fragmen tembikar atau gerabah, arca terakota, arca dari batu andesit, keramik asing, mata uang kepeng, emas, dan beberapa kerangka manusia.
Ada pendapat lain tentang letak keraton Majapahit, yaitu di kawasan Desa Sentonorejo. Nama Sentonorejo diduga perubahan dari kata Santanaraja yang artinya saudara raja.
"Berdasarkan kitab Negarakertagama, foto udara, dan ekskavasi ada yang berpendapat keraton letaknya di kawasan Sentonorejo,” ujar Dimas.
Hal itu diperkuat dengan temuan situs Sentonorejo. Situs tersebut ditemukan pada tahun 1982 setelah diadakan penelitian didapati peninggalan berupa lantai atau ubin berbentuk segi enam sekitar 1,8 meter di bawah permukaan tanah.
Lantai segi enam belum pernah ditemukan dalam penggalian sebelumnya, biasanya hanya kerakal dan batu bata segi empat. Susunan lantai kuno ini merupakan situs pemukiman atau bangunan rumah pada masa Majapahit. Diduga lokasi itu adalah ruang dalam keraton.
Lokasi sekitar kolam Segaran.
Setelah menemukan pusat kota dan kegiatan sakral pada zaman Majapahit, ternyata keberadaan istana Kerajaan Majapahit masih misteri. "Sulit menemukan lokasinya," kata Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, I Made Kusumajaya, Kamis (11/9/2008).
Pusat kota imperium terbesar Nusantara kuno ini, kata Made, terletak di Desa Segaran, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, dengan luas 4 x 5 kilometer. "Sedangkan pusat kegiatan sakralnya seluas 11 x 9 kilometer," katanya.
Selain itu, tim peneliti juga menemukan batu kuno setebal 80 sentimeter, yang dianggap pagar bangunan zaman Majapahit di bawah kekuasaan Raja Hayam Wuruk. Para peneliti menduga, istana kerajaan berada di sekitar Segaran.
"Kalau kami teliti lebih jauh, ternyata hal itu merupakan strategi Hayam Wuruk agar tidak mudah diserang musuh. Biasanya pusat kerajaan zaman dulu berada di kawasan pantai," kata Made.
Tim peneliti berasal dari Universitas Hasanuddin Makassar, Universitas Udayana Denpasar, Universitas Indonesia Jakarta, dan Universitas Gajah Mada . Fokus penelitian pada prilaku masyarakat Majapahit.
"Kami membandingkan prilaku masyarakat Majapahit dengan prilaku masyarakat Bali, karena ada kemiripan," kata Made. "Namun, penelitian baru mencapai target sekitar 20 persen".
Silahkan melanjutkan ke bagian kedua.
3 komentar
Ditunggu kelanjutannya min ..............
BalasSaya menyukai cerita2 lama negri ini terutama kerajaan Majapahit...sejak Raja Wijaya
BalasBukan Desa Trowulan Tapi Kecamatan Trowulan Lurd....
BalasSilahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)