Berbicara hal Situasi Kota Raja Majapahit, semestinya tidaklah dapat dilepaskan dari apa yang tertulis dalam Kitab Negarakertama, khususnya pada Pupuh VIII dan Pupuh XII. Pupuh-pupuh tersebut menjelaskan perihal tata letak kota raja, yang berupa : tembok bata merah tebal dan tinggi, dikelilingi oleh parit, jajaran pohon-pohon brahmastana (beringin), pintu masuk sebelah Barat bernama Pura Waktra, pintu masuk sebelah Utara dengan pintu besi penuh berukir (Candi Wringinlawang), panggung luhur dengan lantai batu-batu putih yang mengkilat, letak balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengahnya, tempat Buda bersusun tiga (Candi Brahu), bentuk-bentuk bangunan, lokasinya serta siapa-siapa yang menempatinya.
Pupuh VIII menyebutkan demikian : (1) Tersebutlah keajaiban kota : tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura, ; pintu Barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas bersabuk parit ; pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam ; di situlah tempat tunggu para tanda terus-menerus meronda, jaga paseban. (2) Di sebelah Utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir ; di sebelah Timur : panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat ; di bagian Utara di Selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang sangat indah ; di Selatan jalan perempat : balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra. (3) Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang watangan ; yang meluas ke empat arah, bagian Utara paseban pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara ; pada masa gerhana bulan Palguna demi keselamatan seluruh dunia. (4) Di sebelah Timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa ; di Selatan tempat tinggal wipra-utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban ; bertegak di halam sebelah Barat : di Utara tempat Buda bersusun tiga ; puncaknya penuh berukir : berhamburan bunga waktu raja turun berkorban. (5) Di dalam, sebelah Selatan Manguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban ; rumah bagus berjajar mengapit jalan ke Barat, di sela tanjung berbunga lebat ; agak jauh di sebelah Barat Daya : panggung tempat berkeliaran para perwira ; tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung, ramai berkicau. (6) Di dalam, di Selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua, dibuat bertingkat tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri ; semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela ; para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.
Pupuh VIII menyebutkan demikian : (1) Tersebutlah keajaiban kota : tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura, ; pintu Barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas bersabuk parit ; pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam ; di situlah tempat tunggu para tanda terus-menerus meronda, jaga paseban. (2) Di sebelah Utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir ; di sebelah Timur : panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat ; di bagian Utara di Selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang sangat indah ; di Selatan jalan perempat : balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra. (3) Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang watangan ; yang meluas ke empat arah, bagian Utara paseban pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara ; pada masa gerhana bulan Palguna demi keselamatan seluruh dunia. (4) Di sebelah Timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa ; di Selatan tempat tinggal wipra-utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban ; bertegak di halam sebelah Barat : di Utara tempat Buda bersusun tiga ; puncaknya penuh berukir : berhamburan bunga waktu raja turun berkorban. (5) Di dalam, sebelah Selatan Manguntur tersekat dengan pintu, itulah paseban ; rumah bagus berjajar mengapit jalan ke Barat, di sela tanjung berbunga lebat ; agak jauh di sebelah Barat Daya : panggung tempat berkeliaran para perwira ; tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung, ramai berkicau. (6) Di dalam, di Selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua, dibuat bertingkat tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri ; semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela ; para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.
Hasil foto udara terhadap kanal-kanal kota raja Majapahit
Untuk lebih detilnya, silahkan anda baca Peta Lokasi
4 komentar
Situasi kota raja memang ramai dibicarakan, tetapi dasar utamanya haruslah berdasarkan uraian kitab Negarakertagama utamanya dalam pupuh VIII
BalasGambaran kota raja masih perlu dilengkapi ...
BalasLetak istana raja Majapahit di sebelah mana ?
BalasSeandainya di restorasi,bisa membuat bangga seperti istana kaisar yg d tiongkok. Sayangnya orang di sini tak begitu peduli dengan warisan nenek moyang.
BalasSilahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)