Pupuh XVIII
- Seberangkat Sri Nata dari Kapulungan berdesak abdi berarak, sepanjang jalan penuh kereta, penumpangnya duduk berimpit-impit, pedati di muka dan di belakang, di tengah prajurit berjalan kaki, berdesak-desakan, berebut jalan dengan binatang gajah dan kuda.
- Tak terhingga jumlah kereta, tapi berbeda-beda tanda cirinya, meleret berkelompok-kelompok, karena tiap ment'ri lain lambangnya, rakrian sang menteri patih amangkubumi penatang kerajaan, keretanya beberapa ratus, berkelompok dengan aneka tanda.
- Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari, semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih, kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat, kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian.
- Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja, beratap kain geringsing, berhias lukisan mas, bersinar merah indah, semua pegawai, parameswari raja dan juga rani Sri Sudewi, ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka.
- Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang, jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap, rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah, bhayangkari gem'ruduk berbondong-bondong naik gajah dan kuda.
- Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur, Sri Nata ingin rehat, Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab, larut matahari berangkat lagi tepat waktu Sri Baginda lalu, ke arah Timur menuju Watu Kiken, lalu berhenti di Matanjung.
- Dukuh sepi kebudaan dekat tepi jalan, pohonnya jarang-jarang,, berbeda-beda namanya, Gelanggang, Badung, tidak jauh dari Barungbung, tak terlupakan Ermanik, dukuh teguh taat kepada Yanatraya, puas sang dharmadhyaksa mencicipi aneka jamuan makan dan minum.
- Sampai di Kulur, Batang di Gangan Asem perjalanan Sri Baginda Nata, hari mulai teduh, surya terbenam, telah gelap pukul tujuh malam, baginda memberi perintah memasang tenda di tengah-tengah sawah, sudah siap habis makan, cepat-cepat mulai membagi-bagi tempat.
Pupuh XIX
- Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam, dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes Times, serta biara pendeta di Pogara mengikut jalan pasir lemak-lembut, menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari.
- Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah, tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi, di situlah Baginda menempati pesanggrahan yang terhias bergas, sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandi bakti.
Pupuh XX
- Sampai di desa kasogatan Baginda dijamu makan minum, pelbagai penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra, Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar, WePeteng, yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap.
- Begitu pula desa Tinggilis, Pabayeman ikut berkumpul, termasuk Ratnapangkaja di Carcan, berupa desa perdikan, itulah empat belas desa kasogatan yang berakuwu, sejak dahulu delapan saja yang menghasilkan makanan.
Selanjutnya baca di
Silahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)