Candi Brahu terletak di kawasan Dukuh Jambumente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, sekitar 2 km dari jalan raya Mojokerto - Jombang. Candi ini berbahan dasar batu-bata merah, dibangun menghadap ke arah Barat dengan dimensi ukuran panjang 22,5 m, lebar 18 m dan tinggi sekitar 20 m. Bangunan ini jelas-jelas bercirikan bangunan suci agama Budha, dan saat dilakukan penggalian ditemukan alat-alat upacara keagamaan, patung-patung yang bercirikan agama Budha serta perhiasan-perhiasan dari emas.
Mengutip buku Mengenal Peninggalan Majapahit di Daerah Trowulan oleh Drs IG Bagus Arnawa, dulu di sekitar candi ini banyak terdapat candi candi kecil yang sebagian sudah runtuh, seperti Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong (sekarang masih dapat dilihat bekas-bekas reruntuhannya.
Di dekat Candi Brahu ini, pada jarak sekitar 45 m arah Barat Daya, telah ditemukan sebuah prasasti kuno yang terkenal dengan nama Prasasti Alasantan, berangka tahun 861 Saka, atau tepatnya 9 September 939 M, yang diantara isinya menyebutkan sebuah bangunan suci Waharu atau Warahu. Intisari isi dari prasati tersebut adalah : ' .. bahwa pada tanggal 6 September 939 M, Sri Maharaja Rakai Halu Dyah Sindok Sri Isanawikrama memerintahkan agar tanah di Alasantan dijadikan sima milik Rakryan Kabayan .... '. Pada lempengan III.9-12 prasasti ini menyebutkan para rama dari desa-desa di sekitar Alasantan yang hadir sebagai saksi pada peresmiannya menjadi sima, berturut-turut disebutkan: rama ryy alasantan, rama ri lmah tulis, rama i skarbila, rama i lbuh runting, rama i Padanga, rama i tirim panda, rama ing lapan rupa dan rama i wulu taj (Wibowo,A.S.1979: 15). Kesimpulannya, daerah sekitar Candi Brahu ini telah ada jauh sebelum Majapahit berdiri, yaitu masih di jaman Mataram Hindu (pindahan dari Jawa Tengah) di bawah pemerintahan Raja Sindok, dan dahulunya bernama Alasantan.
Kitab Negarakertagama ada sedikit menyinggung tentang Candi Brahu ini, yaitu tepatnya pada Pupuh VIII bagian ke-empat yang berbunyi "... bertegak di halaman sebelah Barat, di Utara tempat Buda bersusun tiga, puncaknya penuh berukir, berhamburan bunga waktu raja turun berkorban."
Pada kenyataannya bangunan Candi Brahu ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi dibangun bersusun dua tingkat, kaki bagian bawah setinggi 2 m dan memiliki tangga naik di sisi sebelah Barat. Selasar ke dua memiliki lebar 1 m mengelilingi tubuh candi. Bagian yang ke tiga adalah tubuh candi, yang dalam hal ini terdapat sebuah pintu di ketinggian sekitar 2 m dari selasar yang kedua, menghadap arah Barat, terdapat ruangan yang cukup luas di dalamnya. Waktu itu kami (penulis) ber-empat sempat menaiki sekaligus memasuki ruangan di tubuh candi tersebut (untuk melakukan ritual), dan kami perkirakan ruangan dalam tubuh Candi Brahu ini cukup untuk menampung sekitar 30 orang.
Di dalam peta lokasi pemetaan kota raja yang dibuat oleh H Maclaine Pont juga terlihat posisi Candi Brahu ini pada arah Utara-Barat. Perhatikan gambar di bawah ini.
1 komentar:
Salah satu peninggalan yang masih dapat dilihat tegak berdiri, melambangkan kejayaan Majapahit di masa lalu
BalasSilahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)