logo blog
Selamat Datang Di Majapahit Blog
Terima kasih atas kesediaan anda berkunjung di Majapahit Blog ini,
Semoga apa yang Blog ini share dan tulis di sini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.

MANUSIA JAWA (PURBA) PERNAH MENDIAMI EROPA

Majapahit 1478MAJAPAHIT 1478. (Hanover, Jerman)  Pecahan tulang tengkorak yang ditemukan di sebuah tambang Jerman ternyata berasal dari Manusia Jawa, manusia purba yang sebelumnya diyakini merupakan penduduk asli Asia, sehingga memicu spekulasi bahwa "Manusia Jawa (purba) pernah menjajah Eropa pada sekitar 700.000 tahun yang lalu".

Alfred Czarnetzki, seorang profesor di Universitas Tuebingen, mengumumkan pada tahun 2008 lalu bahwa kerangka tersebut, yang ditemukan pada tahun 2002, “usianya paling tidak 700.000 tahun” dan begitu mirip dengan Manusia Jawa sehingga boleh jadi merupakan "kembarannya”. Tulang tengkorak itu berasal dari spesies Homo erectus, di mana manusia modern dikenal sebagai Homo sapiens, yakni manusia yang sudah berbudaya.

Manusia Jawa adalah nama yang diberikan kepada fosil yang ditemukan pada tahun 1891 di Trinil, di tepian sungai Bengawan Solo. Fosil ini merupakan salah satu spesimen Homo erectus atau manusia purba berjalan tegak yang paling pertama dikenal. Penemunya, Eugene Dubois (baca: Yujin Duboa), pada awalnya memberikan nama ilmiah Pithecanthropus erectus, sebuah nama yang berasal dari akar Yunani dan Latin yang berarti “manusia kera berjalan tegak“.

Sedangkan penemuan tulang tengkorak di Jerman ini adalah Karl-Werner Frangenberg, seorang pemburu fosil, menemukan bagian atas tengkorak pada tahun 2002 di sebuah lubang batu di Leinetal dekat Hanover. Istrinya, yang memiliki hobi sama, menemukan bagian pelipis dua tahun kemudian. Tulang belulang itu, yang kini diyakini merupakan kerangka "manusia tertua" yang pernah ditemukan di Jerman, saat ini dipamerkan di Museum Hanover.

Czarnetzki mengakui kesulitan mengukur usia fosil secara tepat, namun dirinya merasa yakin dengan kesamaan pada penemuan fosil manusia purba di Jawa pada tahun 1891. “Penemuan ini mengindikasikan bahwa manusia purba Asia (Jawa) pernah menyebar ke Eropa”, katanya, seraya menambahkan artikelnya mengenai penemuan tersebut telah diakui oleh Journal of Human Evolution.

Ia mengemukakan tak ditemukan DNA dalam pecahan tulang itu, namun ada jejak protein.

Manusia Jawa temuan Frangenberg tersebut menjadi fosil manusia tertua yang ditemukan di Jerman. Fosil tertua lainnya, Homo Heidelbergensis, berusia sekitar 600 ribu tahun dan ditemukan pada 1907.

Asal manusia di dunia.
Darimanakah manusia berasal…?? Suku Maori (suku asli Selandia Baru) menganggap dahulu langit dan bumi menyatu. Semesta diselimuti gelap gulita. Manusia adalah hasil dari pemisahan langit dan bumi karena ulah putra bumi dan langit yang menginginkan cahaya dan mengerahkan kekuatannya untuk memisahkan ayah dan ibunya. Sehingga manusia yang tadinya berada di dalam kegelapan mulai terlihat.

Sementara dalam dongeng Jerman, dewa langit dan dewa lainnya suatu hari sedang berjalan-jalan di tepi pantai. Pada suatu gundukan pasir mereka melihat dua buah pohon dan merubahnya menjadi manusia.

Lalu ketika zaman berganti, muncul pula Darwin dengan teori evolusi yang mengatakan manusia berasal dari kera. Teori ini perlahan mulai diterima manusia. Banyak orang berpendapat manusia adalah hasil dari suatu perubahan genetik selama berjuta-juta tahun dari suatu sosok makhluk hidup yang bernama kera.

Namun sama halnya dengan dongeng-dongeng yang diceritakan pada awal kisah tadi, orang-orang mulai bertanya, darimanakah atau dimanakah tepatnya awal dari proses evolusi itu terjadi…?

Manusia berasal dari Eropa..?
Di abad-abad terakhir ini, orang beranggapan, benua Eropa adalah tempat berasalnya manusia. Hal ini bukannya tidak beralasan. Di eropa bagian barat banyak ditemui tempat-tempat peninggalan prasejarah. Di kurun waktu 1823 hingga 1925 ada sekitar 116 peristiwa penemuan tulang belulang manusia purba. Di antaranya ada ditemukan tulang kera yang berubah menuju bentuk manusia. Namun tetap aja, itu tulang-tulang kera.

Sementara sisa-sisa zaman batu (telah melewati masa evolusi), kurang lebih ada 236 peristiwa penemuan di seluruh Eropa. Lalu di Prancis pada tahun 1856, ditemukan fosil manusia kera. Fosil itu dianggap sebagai fosil terlama yang ditemukan di masa itu. Maklumlah, saat itu riset yang dilakukan di Asia dan Afrika belum memberikan hasil yang maksimal. Jadi, bisa disimpulkan, Eropa lah tempat awal terjadinya proses evolusi itu. Apalagi para ilmuwan di Eropa saat itu tampaknya lebih memilih tempat tinggalnya sebagai tempat asal muasal manusia dan mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan geografis benua lain yang mungkin lebih unggul seperti Asia dan Afrika.
Namun pada akhir abad 19, seorang berkebangsaan Belanda bernama Eugene Dubois (1858-1940), berhasil menghadirkan penemuan yang luar biasa di sini, di Indonesia. Eugene dan penemuannya adalah orang yang pertamakali menentang teori manusia pertama berasal dari Eropa.

Eugene Dubois adalah seorang dokter penganut setia teori evolusi milik Darwin. Dokter muda ini memiliki semangat luarbiasa hingga mampu menutupi (lebih tepatnya menemukan) kekosongan proses evolusi antara kera ke manusia. Ia percaya di Asia pasti ditemukan fosil yang lebih tua dari Eropa. Pada tahun 1887 dengan hati yang menggebu-gebu dokter Belanda ini datang ke pulau Jawa. Eugene bekerja pada sebuah rumah sakit. Pada waktu senggang ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk menyewa 50 orang tahanan pribumi dan bersama-sama berjalan menyusuri tepi kiri dan kanan Bengawan Solo sambil meneliti lokasi potensial yang mungkin menyimpan tulang belulang manusia purba.

Siapa menyangka, pekerjaan yang nyaris tak mungkin itu membuahkan hasil. Dokter muda yang basicnya bukan seorang arkeolog ini, mendapatkan hasil yang menggemparkan dunia. Suatu hari di tahun 1890 di suatu lokasi di sekitar Bengawan Solo (daerah Sangiran), Eugene dan teman-temannya menemukan sepotong kerangka rahang atau geraham manusia purbakala.

Kemudian setahun berikutnya (1891) di kampung Trinil-Solo, mereka kembali menemukan batok kepala atau tengkorak manusia purbakala yang mencirikan kera. Selanjutnya di tahun 1892, kelompok Eugene menemukan tulang kaki manusia purba yang mirip kaki manusia modern. Dari bentuk tulang kaki itu, bisa disimpulkan pemilik tulang tersebut sudah bisa berjalan dengan kedua kakinya.

Setelah penemuan-penemuan itu Eugene mengambil kesimpulan, tengkorak atau batok kepala dan kaki itu adalah milik satu orang yang sama. Dan orang itu adalah nenek moyang dari manusia yang ada sekarang. Dengan kata lain, tulang belulang dari pertengahan mata rantai teori evolusi milik Darwin.

Pada tahun 1894 Eugene Dubois membuat semacam makalah yang berisi laporan hasil penelitiannya. Ia menamakan fosil itu sebagai “manusia kera yang berdiri” atau manusia Jawa. Belakangan, dunia arkeolog menyebutnya dengan Pithecanthropus Erectus.

Setelah penemuan itu dipublikasikan, timbullah pertentangan yang hebat di kalangan para ilmuwan di masa itu. Teori manusia berasal dari daratan Eropa yang selama ini membuai para ilmuwan, seakan terbantahkan oleh penemuan yang luarbiasa dari Eugene Dubois.

Para ilmuwan yang mendukung teori manusia dari Eropa dibuat gelisah dan tak bisa duduk dengan tenang. Mereka pun menyatakan tidak percaya dengan penemuan Eugene dan mencurigainya. Beberapa di antara para ilmuwan malah berasumsi bahwa fosil yang ditemukan Eugene di Indonesia adalah sepotong tulang dari kera atau hewan sejenis. Sedangkan yang lainnya menganggap fosil itu adalah tulang belulang manusia cacat.

Sayangnya, selain manusia Jawa temuan Eugene, tidak ada penemuan lain di benua Asia maupun benua Afrika. Akibatnya, di tengah kerasnya bantahan para ilmuwan Eropa, laporan Eugene lenyap. Sehingga teori yang dilontarkan Eugene hilang selama kurang lebih 30 tahun lebih.

Namun ternyata waktu juga yang berhasil menghalau kabut yang menutupi kebenaran teori Eugene. Seiring memasuki abad 20, makin banyak terjadi penemuan fosil manusia purba di sekitar kawasan tempat Eugene Dubois melakukan penggalian. Akhirnya, teori yang menyatakan manusia berasal dari Eropa, hanya tinggal cerita dongeng saja.

Manusia Jawa yang diperkirakan hidup antara 700.000 hingga 1.200.000 tahun lalu, akhirnya diakui sebagai penemuan manusia purba yang berusia relatif paling tua. Jerih payah Eugene Dubois dinilai sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Arkeologi. Namanya serta penemuannya yang spektakuler, dicantumkan dalam buku sejarah.

Manusia Jawa Purba

Penelitian ilmiah terhadap fosil manusia purba (Paleoantropologi) telah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain oleh Dr. Eugene Dubois, B.D. Van Rietschoten, Von Koeningswald, Ter haar, Duyfjes, dan Sartono. Daerah penelitian para ahli tersebut, meliputi Wajak (Tulungagung), Kedungbrubus, Trinil (Ngawi), Sangiran (Sragen), dan Mojokerto.

Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa daerah lembah sungai Bengawan Solo paling banyak ditemukan fosil manusia purba. Fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia (pulau Jawa), antara lain sebagai berikut.

a. Meganthropus Paleojavanicus
Jenis manusia ini mempunyai bentuk paling primitif. Fosil Meganthropus paleojavanicus ditemukan oleh Von Koeningswald didaerah sangiran pada lapisan Pucangan (pleistocen bawah) tahun 1936 dan 1941. Hasil temuannya berupa rahang bagian bawah dan atas. Pada tahun 1952, Marks juga menemukan fosil rahang bawah manusia Meganthropus yang lain pada lapisan kabuh (Pleistocen tengah) di Sangiran. Meganthropus Palaeojavanicus mempunyai tubuh kekar, berahang besar, tulang pipi tebal, tonjolan kening yang mencolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam serta sendi–sendi yang besar dan diperkirakan sebagai manusia purba tertua. Gerahamnya menunjukkan ciri manusia, tetapi sekaligus mendekati ciri kera, yaitu tidak berdagu.

Majapahit 1478
Meganthropus Paleojavanicus

Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia purba dari jawa yang bertubuh besar.Manusia purba ini diyakini merupakan mahkluk (manusia) tertua yang pernah hidup di Pulau Jawa. Mereka diperkirakan hidup di sekitar 1 – 2 juta tahun yang lalu. Melihat kondisi fisiknya disimpulkan bahwa Meganthropus ini memakan tumbuh – tumbuhan.

b. Pithecantropus Mojokertensis
Pada tahun 1936, Tjokrohandoyo yang bekerja dibawah pimpinan ahli purbakala Duyfjes menemukan fosil tengkorak anak-anak di kepuhlegen sebelah utara perning dan mojokerto.
Fosil tersebut ditemukan pada lapisan Pucangan (Pleistocen bawah) dan dinamakan Phitecantropus Mojokertensis.

c. Pithecantropus Erectus
Pada tahun 1890, seorang ahli purbakala Belanda, Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba di Trinil (Ngawi) Jawa Timur. Daerah tersebut terletak dilembah sungai Bengawan Solo. Hasil temuan fosil tersebut setelah diteliti dan direkonstruksi ternyata membentuk kerangka manusia yang menyerupai Kera. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup sekitar satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.

Majapahit 1478
Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus berarti manusia kera. Seorang peneliti bernama Eugene Dubois yang pertama kali menemukan fosil purba jenis ini. Pada tahun 1891, ia menemukan bagian rahang, gigi, dan sebagian tulang tengkorak. Manusia kera ini berjalan tegak dengan dua kaki diperkirakan hidup 700.000 tahun yang lalu. Dubois menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil daerah Ngawi pada saat Sungai bengawan solo mengering. Kemudian fosil tersebut ditemukan dan dinamai ilmiah Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berjalan tegak. Sekarang nama ilmiah nya dikenal dengan nama Homo Erectus. Pithecantrophus ini memiliki ciri – ciri tinggi badan antara 165 – 180 cm, volume otak 750 – 1300 cc, dan berat badan 80 – 100 kg. Dalam beberapa penelitian, diperkirakan pithecanthropus adalah manusia purba yang pertama kalinya mengenal api sehingga terjadi perubahan pola memperoleh makanan yang semula mengandalkan makanan dari alam menjadi pola berburu menangkap ikan.

d. Homo Wajakensis
Pada tahun 1889, Van Rietschoten menemukan fosil manusia purba jenis homo didaerah Wajak dekat Campur Darat, Tulungagung (Jawa Timur). Temuan ini diselidiki pertama kali oleh Eugene Dubois. Fosil berupa ruas leher dan tengkorak yang mempunyai isi ±1.650 cc. Selain itu, Eugene Dubois sendiri pada tahun 1890 menemukan fosil didaerah Wajak. Fosil ini terdiri atas fragmen tengkorak, rahang atas dan bawah, tulang kering, serta tulang paha. Penemuan fosil didaerah Wajak ini dinamakan Homo Wajakensis. Manusia purba jenis ini mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada Pithecantropus Erectus dan tergolong kedalam manusia Homo Sapiens.

e. Homo Soloensis
Pada tahun 1931-1934, ahli purbakala yang bernama Ter Haar dan Ir. Oppernorth menemukan fosil-fosil manusia purba di lembah sungai Bengawan Solo didekat desa ngandong. Kemudian fosil-fosil ini diteliti oleh seorang paleontologi G.H.R. Von Koeningswald. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa manusia purba ini lebih tinggi tingkatannya daripada pithecantropus Erectus.

f. Homo Sapiens
Homo Sapiens berarti manusia cerdik. Fosil Homo sapiens berasal dari zaman Holocen (±40.000 tahun yang lalu). Manusia ini sudah mengalami proses pengecilan pada bagian kepala dan tubuh sehingga wujudnya sudah hampir sama dengan manusia zaman sekarang. Mereka juga sudah mulai menggunakan akalnya untuk berfikir. Karena sifat-sifatnya itu, homo sapiens dianggap sebagi nenek moyang manusia modern.

Majapahit 1478
Homo Sapien

Manusia purba jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Dibandingkan manusia purba sebelumnya, homo sapiens lebih banyak meninggalkan benda–benda berbudaya. Diduga, inilah yang menjadi nenek moyang bangsa–bangsa di dunia. Fosil homo sapiens di Indonesia ditemukan di daerah wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Von Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil yang pertama ditemukan di Indonesia yang diberi nama Homo wajakensis atau manusia dari wajak. Fosil ini kemudian diteliti ulang oleh Eugene Dubois. Manusia purba ini memiliki tinggi badan 130 – 210 cm, berat badan 30 – 159 kg, dan volume otak 1350 – 1450. Homo wajakensis diperkirakan hidup antara 25.000 – 40.000 tahun yang lalu. Homo wajakensis memiliki persamaan dengan Australia purba ( Austroloid ). Sebuah tengkorak kecil dari seorang wanita, sebuah rahang bawah dan sebuah rahang atas dari manusia purba itu sangat mirip dengan manusia purba ras Australoid purba yang ditemukan di Talgai dan Keilor yang rupanya mendiami di daerah Irian dan Australia. Di Asia tenggara ditemukan pula manusia purba jenis ini di antaranya di Serawak, Filipina dan Cina Selatan.

Majapahit 1478
Peta sebaran manusia purba Homo Erectus (manusia Jawa) di dunia

Enter your email address to get update from Info Blog.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

4 komentar

wow... keren nih..
mksih pak. nambahin wawasan bangett

Balas

Di bolehin copy paste dong

Balas

Kok ga bisa copas

Mau buat Tugas Nih

Balas

Silahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)

Copyright © 2015. MAJAPAHIT 1478 - All Rights Reserved | Template Created by Info Blog Proudly powered by Blogger