Kerajaan Bima abad XIV/ XV adalah salah satu wilayah di bawah kekuasaan Majapahit yang terletak di wilayah Timur Jawa (mancanegara), yang didalam kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV di sebutkan wilayah Sanghyang Api (gunung sangiang-wera), di kala itu Bima di pimpin oleh Raja muda yang bernama Indra Zamrud, dan Pusat pemerintahan terletak di wilayah Ncuhi Dara (Bima).
Kerajaan Bima terbagi dalam 5 (lima) wilayah yaitu : 1. Ncuhi Dara, memegang kekuasaan wilayah Bima Tengah 2. Ncuhi Parewa, memegang kekuasaan wilayah Bima Selatan 3. Ncuhi Padolo, memegang kekuasaan wilayah Bima Barat 4. Ncuhi Banggapupa, memegang kekuasaan wilayah Bima Utara 5. Ncuhi Dorowani, memegang kekuasaan wilayah Bima Timur. Arti luas dari Ncuhi itu sendiri yaitu kepala suku yang memegang wilayah kekuasaannya masing-masing.
Dalam posisi berada di bawah naungan Kerajaan besar seperti Majapahit, jadi Kerajaan Bima harus menyetor Upeti kepada Majapahit.karna pada catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan permata. Upeti yang di terima dari kerajaan-kerajaan taklukan Majapahit akan dikumpulkan di Majapahit.
Stabilitas Ekonomi Kerajaan Bima
Pada saat itu kerajaan Bima sangat berkembang pesat di segi pertanian maupun peternakan dan perikanan, Kerajaan Bima banyak belajar dan mengadaptasi ilmu dari kerajaan Majapahit dan itu bisa terlihat dari seni ukiran yang terdapat di setiap keris atau senjata khas Kerajaan Bima yang sangat mirip dengan Kerajaan Majapahit (Ukiran dan kerajinan Jawa, sangat kental di Keris Bima), Raja Indra Zamrud sangat memperhatikan keadaan Ekonomi Kerajaan pada waktu itu sehingga Raja mengembangkan bidang Pertanian dan perikanan, masyarakat Bima pada saat itu banyak yang bercocok tanam dengan di bantu oleh adik sang Raja Indra Kumala yang sekaligus ahli di bidang Pertanian, dengan adanya bukti di Museum Gajah Jakarta yaitu berupa Tungku kuno yang diatasnya berjejer ukiran dan miniatur kodok yang ditemukan di Bima merupakan alat ritual masyarakat bima pada saat itu untuk meminta hujan.
Di bidang peternakan Kerajaan Bima juga tidak mau kalah dengan kerajaan lain, Raja Indra Zambrud juga mengembangkan bidang peternakan yaitu Kuda,Kerbau,dan Sapi. karna banyaknya ditemukan Catatan-catatan para pelaut yang singgah di pelabuhan laut kerajaan Bima pada saat itu. Bima menjadi sebuah keraajan yang berkembang pesat pada saat itu, apalagi Kerajaan Bima merupakan salah satu kerajaan yang didirikan oleh Majapahit, sehingga Kerajaan Bima menjadi wilayah Transit para pelaut yang akan menuju ke timur. Siti Maryam mengisahkan, “ ini diperkirakan terjadi abad 14. Tapi kemudian diperbarui karena di Kitab Negarakertagama, Kerajaan Bima disebut sudah memiliki pelabuhan besar pada 1365. Ini cocok dengan kisah di Bo Sangaji Kai. Jadi, kemungkinan Kerajaan Bima dimulai pada 1340.”
Dan di tambah catatan para pelaut yang singgah di pelabuhan Bima pada saat itu yaitu Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok,menceritakan “Pelabuhan Bima sangat ramai dengan perdagangan garam,burung kakak tua,kuda.dan perdagangan Budak-budak yang besar dan kuat”.
Sumber : http://www.kampung-media.com
3 komentar
Bagaimana dengan jejak Majapahit di daerah-daerah lain ?
BalasArtikel menarik, cukup untuk menambah wawasan
BalasTidak adanya pencatat sejarah di Pulau Sumba menyebabkan hilangnya peristiwa bersejarah masa lalu. Demikian pula pergolakan Majapahit dengan Mahapati Gajah Mada di Sumba hanya samar-samar dikisahkan dari mulut ke mulut.
BalasSilahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)