Jayanegara yang bergelar Sri Sundarapandyadewadhiswara nama raja bhiseka Wikramottunggadewa, yang memerintah pada tahun 1309 M sampai dengan 1328 M.
Pada prasasti Sidateka berangka tahun 1323 M dia menggunakan nama abhiseka Wiralandagopala. Namanya tercatat pertama kali pada prasasti Penanggungan berangka tahun 1296 M, yang menyebutkan bahwa ia telah menjadi raja muda di Daha, dan ketika menaiki tahta kerajaan Majapahit umurnya pada waktu itu kira-kira 15 tahun.
Jayanegara adalah putera Sanggramawijaya dari selirnya yang bernama Dara Petak (dalam kakawin Negarakertagama disebut dengan Indreswari) dan diangkat anak oleh permaisuri Tribhuwaneswari, sehingga ia berhak menyandang putera mahkota dan memperoleh daerah lungguh di Daha.
Ketika Jayanegara dinobatkan sebagai raja Majapahit, Mpu Tambi masih menjabat sebagai Patih Amangkubhumi, kemudian karena ulah Mahapati maka pada sekitar tahun 1316 M ia dilorot kedudukannya sebagai Patih Amangkubhumi, bahkan benteng pertahanannya di daerah Pajarakan dan Lumajang berhasil dihancurkan oleh tentara Majapahit di bawah kepemimpinan Mahapati. Peristiwa Lumajang ini tercatat dalam kakawin Negarakertagama dalam pupuh XLVIII/2.
Adapun pembesar-pembesar Majapahit yang ikut terbunuh dalam peristiwa Lumajang ini adalah : Pamandana, Mahisa Pawagal, Panji Anengah, Panji Samara, Panji Wiranagari, Jaran Bangkal, Jangkung, Teguh, Semi, Lasem dan Emban. Mereka semua adalah bekas pangadean (pengikut) Sanggramawijaya. Korban lainnya adalah orang-orang Lumajang pengikut Wiraraja dan Pranaraja.
Menurut penuturan Kidung Sorandaka, sehabis perang Lumajang ini, Mahapati diangkat menjadi Patih Amangkubhumi menggantikan Mpu Tambi.
Penuturan prasasti Sidateka yang berangka tahun 1323 M (yang dikeluarkan oleh Jayanegara sendiri dengan mengambil nama abhiseka Wiralandagopala) pada lempengan 6 baris 8 terbaca "...rake tuhan mapatih ring Majapahit Dyah Halayudha" artinya adalah : "Dyah Halayudha adalah patih Majapahit yang bergelar rakai".
Dengan demikian jelaslah bahwa Mahapati (yang banyak disebut dalam kitab Pararaton dan Kidung Sorandaka) adalah Dyah Halayudha sebagaimana yang diuraikan dalam prasasti Sidateka (1323 M) tersebut.
Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, pada awal pemerintahannya Jayanegara di dampingi oleh Patih Amangkubhuni Mpu Tambi, namun sejak tahun 1316 M beliau didampingi oleh Patih Amangkubhumi Dyah Halayudha.
Penulis : J.B. Tjondro Purnomo ,SH
Bersambung ............... ke bagian ketiga
Silahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)