Pupuh VII
- Melambung kidung merdu pujian sang Prabu, beliau membunuh musuh-musuh, bagai matahari menghembus kabut, menghimpun negara di dalam kuasa, girang janma utama bagai bunga tunjung, musnah durjana bagai kumuda, dari semua desa di wilayah negara pajak mengalir bagai air.
- Raja menghapus duka si murba sebagai Satamanyu menghujani bumi, menghukum penjahat bagai Dewa Yana, menimbun harta bagaikan Waruna, para telik masuk menembus segala tempat laksana Hyang Batara Bayu, menjaga Pura sebagai Dewi Pertiwi, rupanya bagus seperti bulan.
- Seolah-olah Sang Hyang Kama menjelma, tertarik oleh keindahan Pura, semua para puteri dan istri sibiran dahi Sri Ratih, namun Sang Permaisuri keturunan Wijayarajasa tetap paling cantik, paling jelita bagaikan susumna, memang pantas jadi imbangan Baginda.
- Berputeralah beliau puteri mahkota Kusumawardhani, sangat cantik, sangat rupawan jelita mata, lengkung lampai, bersemayam di Kabalan, sang menantu Sri Wikramawardhana memegang perdata seluruh negara, sebagai dewa-dewi mereka bertemu tangan, menggirangkan pandang.
Pupuh VIII
- Tersebut keajaiban kota : tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari Pura, pintu Barat bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit, pohon brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam, di situlah tempat tunggu para tanda terus menerus meronda, jaga paseban.
- Di sebelah Utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir, di sebelah Timur : panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat, di bagian Utara, di Selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat indah, di Selatan jalan perempat : balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra.
- Balai agung Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang watangan yang meluas ke empat arah; bagian Utara paseban pujangga dan menteri, bagian Timur paseban pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara pada masa grehana bulan Palguna demi keselamatan seluruh dunia.
- Di sebelah Timur pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil Siwa, di sebelah tempat tinggal wipra utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban, bertegak di halaman sebelah Barat ; di Utara tempat Buda bersusun tiga, puncaknya penuh berukir, berhamburan bunga waktu raja turun berkorban.
- Di dalam, sebelah Selatan Manguntur tersekat pintu, itulah paseban, rumah bagus berjajar mengapit jalan ke Barat, di sela tanjung berbunga lebat, agak jauh di sebelah Barat Daya : panggung tempat berkeliaran para perwira, tepat di tengah-tengah halaman bertegak mandapa penuh burung ramai berkicau.
- Di dalam, di Selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar Pura yang kedua, dibuat bertingkat tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri, semua balai bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela, para prajurit silih berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar tutur.
Pupuh IX
- Inilah para penghadap : pengalasan Ngaran, jumlahnya tak terbilang, Nyu Gading Janggala-Kediri, Panglarang, Rajadewi tanpa upama, Waisangka kapanewon Sinelir, para perwira Jayengprang Jayagung dan utusan Pareyok Kayu Apu, orang Gajahan dan banyak lagi.
- Begini keindahan lapang watangan, luas bagaikan tak berbatas, menteri, bangsawan, pembantu raja di Jawa, di deret paling muka, Bhayangkari tingkat tinggi berjejal menyusul di deret yang kedua, di sebelah Utara pintu istana, di Selatan satria dan pujangga.
- Di bagian Barat, beberapa balai memanjang sampai mercudesa, penuh sesak pegawai dan pembantu serta para perwira penjaga ; di bagian Selatan agak jauh : beberapa ruang, mandapa dan balai tempat tinggal abdi Sri Narapati di Paguhan, bertugas menghadap.
- Masuk pintu ke dua, terbentang halaman istana berseri-seri, rata dan luas, dengan rumah indah berisi kursi-kursi berhias ; di sebelah Timur menjulang rumah tinggi berhias lambang kerajaan, itulah balai tempat terima tatamu Sri Nata di Wilwatikta.
Silahkan anda meninggalkan komentar demi kemajuan dan perkembangan blog ini, mohon jangan melakukan spam ..... (pasti akan terhapus secara otomatis)